Selasa, 01 Maret 2011

"SANG PUTRA TERCINTA "

KETIKA Galang lahir pada 1 Januari 1982 si bapak, yang perasaannya campur-aduk karena pertama kali merasakan diri jadi ayah—merasa harus bertanggung jawab, merasa mencintai, heran, bahagia, bangga punya keturunan dan sebagainya—menciptakan lagu berjudul Galang Rambu Anarki.

GALANG RAMBU ANARKI

Galang Rambu Anarki anakku
Lahir awal januari menjelang pemilu

Galang Rambu Anarki dengarlah
Terompet tahun baru menyambutmu

Galang Rambu Anarki ingatlah
Tangisan pertamamu ditandai bbm
Membumbung tinggi (melambung)

Reff:

Maafkan kedua orangtuamu kalau
Tak mampu beli susu

Bbm naik tinggi
Susu tak terbeli
Orang pintar tarik subsidi
Mungkin bayi kurang gizi (anak kami)

Galang Rambu Anarki anakku
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras, janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku

Doa kami di nadimu


Siapa yang pernah mendengar lagu ini pasti mengetahui betapa besar harapan sang ayah, Iwan Fals.. kepada anak laki2 pertamanya di masa depan nanti. sayangnya takdir berkata lain..


Pada tanggal 25 April 1997 duka menyelimuti keluarga Iwan Fals. Anak lelaki pertamanya yg bernama Galang Rambu Anarki tlh berpulang ke Rahmatullah. Galang ditemukan tdk bernyawa di kamarnya. Menurut keterangan pihak keluarga, Galang menderita penyakit asma yg akut. Sementara itu pers mengaitkan kematianya dgn penyalahgunaan NARKOBA :yikes: Galang meninggal dlm usia 15 thn.


Galang mengikuti jejak ayahnya sbg seorang pemusik. Namun ia lbh memilih tdk berdiri dibawah nama besar ayahnya. Ia bergabung bersama BUNGA sbg gitaris & mengeluarkan album 'JANGAN KAU PERGI'. Sayangnya, Galang belum sempat melihat albumnya dirilis... kematian terlalu cepat menjemputnya..


IN MEMORIAM,
GALANG RAMBU ANARKI{1982-1997}

Selasa, 25 Januari 2011

ABOUT MAS _IWAN

# sekarang:
Musisi
# kesukaan:
Nyiptain Lagu
# Favorite Music:
POP
# tentang saya:
Rambut kriting,,Umur 46 tahun..
Ayah:
Haryoso
Ibu:
Lies
Isteri:
Rosanna (MBak Yos)
Anak:
Galang Rambu Anarki (almarhum)
Anissa Cikal Rambu Basae
Rayya Rambu Robbani
Hobi:
Melukis
Sepak Bola
Karate
Pendidikan:
SMP 5 Bandung
SMAK BPK Bandung
Sekolah Tinggi Publisistik
Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (sekarang IKJ)
Album:
Serenade Kembang Pete ; Frustrasi ; Sarjana Muda (1981) ; Opini (1982) ; Sumbang ; Sugali ; Kumenanti Seorang Kekasih ; Sore Tugu Pancoran ; Ethiopia ; Aku Sayang Kamu ; Lancar Kereta Tua ; Wakil Rakyat ; 1910 ; Mata Dewa ; Antara Aku, Kau, dan Bekas Pacarku ; Kemesraan ; Swami I (Bento) ; Swami II (Kuda Lumping) ; Kantata Takwa ; Cikal ; Belum Ada Judul ; Hijau ; Dalbo ; Orang Gila ; Terminal ; Mata Hati ; Orang Pinggiran ; Anak Wayang ; Lagu Pemanjat ; Kantata Samsara ; Live "Peristiwa Senayan" ; Best of the Best Iwan Fals ; Suara Hati (2002) ; Iwan Fals, In Collaboration with (2003).;keseimbangan <.....-sekarang>

Selasa, 23 November 2010

HARI_HARI " IWAN FALS"

Lelaki bernama Virgiawan Listanto rumahnya di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, yang teduh dan hijau oleh rindang pepohonan dan rerumputan. Sore itu Iwan habis latihan bersama rekan-rekan musisi, seperti Toto Tewel (gitaris), Edi Daromi (keryboards), Deni Kurniawan (drum), dan Heirie Buchaery (bas).Ia bercerita tentang PT Tiga Rambu, perusahaan yang dikelola oleh keluarga Iwan, termasuk istrinya, Rosana Listanto, yang akrab disapa dengan panggilan Yos, serta anaknya, Anissa Cikal Rambu Basae.Nama Tiga Rambu diambil dari nama tiga anak Iwan, yaitu Galang Rambu Anarki (1982-1997), Anissa Cikal Rambu Basae (25), dan Rayya Rambu Robbani (7). Tiga Rambu tengah menyiapkan Iwan dan kelompoknya untuk perjalanan keliling ke sejumlah pelosok. Ia menyiapkan sebuah mobil yang khusus dirancang untuk perjalanan kelompok musik yang mengembara dari satu kota ke kota lain, termasuk ke komunitas pesantren dan nelayan.
Inilah babakan baru kehidupan Iwan sebagai seniman. Ia bisa dengan lebih akrab mendekati pendengarnya dan menyuarakan keresahan orang-orang di sekitarnya lewat lagu langsung ke telinga rakyat.
Lingkungan
Masalah lingkungan memang bukan tema baru dalam lagu-lagu Iwan. Awal tahun 1980-an dia sudah menyanyikan ”Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” sampai ”Tak Biru Lagi Lautku”. Dalam Keseimbangan ada empat lagu, seperti ”Hutanku”, ”Pohon untuk Kehidupan”, ”Tanam Siram Tanam”, dan ”Ayolah Mulai”.
Ini kegelisahan Anda?
Ini bermula dari kekhawatiran aku tentang alam. Orang bilang sekarang terjadi global warming, pemanasan global. Kutub utara sudah mencair, malah ada yang bilang bumi sudah tidak bundar lagi sehingga putarannya enggak bener dan cuaca tak bisa diduga. Bumi diambilin emas, tambang, dan hutannya. Populasi penduduk bertambah, perang. Waduh….
Tetapi, kan tidak terus mentok, terus khawatir. Tapi harus ada jalan keluar. Kita enggak bisa terus mengeluh. Aku percaya itu akan didengar petani, nelayan terpanggil untuk kerja. Siapa tahu dengan lagu itu ada harapan, kesadaran. Mati, itu sudah pasti, maka kita ngomong kehidupan saja.
Mengapa makin fokus ke lingkungan?
Umur juga, ya, ha-ha-ha... Dulu nyanyi tentang lingkungan buat gagah-gagahan saja. Aku (dulu) nyanyi tentang hutan dan erosi. Sekarang ini tak ada pilihan lain. Ini jawaban buat krisis lingkungan hidup.
Dan faktanya kita sudah terancam dari-mana-mana, dari atas dari bawah. Enggak ada jalan, kecuali kerja untuk kehidupan. Caranya masing-masing. Tak ada istilah terlambat.

Anda mengajak fans untuk menanam?
Kita ajak mereka nanem. Dulu ada gerakan Indonesia Menanam di Kemayoran dan aku terlibat juga. Kemarin ini, ini kita nanem di Jonggol. Kami juga menanam mangrove di Pekalongan, Cianjur, dan lainnya.
Jonggol itu tanah pribadi aku. Ada sekitar 20 hektar yang dulunya lahan kering. Pohon-pohon ditebangin karena dulu katanya mau dibuat perumahan.
Aku lihat tanah telantar aku beli. Ya sudah rezeki. Kita mau hutanin, Kami tanam 5.000 pohon. Sebelumnya kawan-kawan Oi (ormas yang mayoritas anggotanya penggemar Iwan) menanam 1.000 pohon.
Sebelumnya ada teman-teman dari Go Blue mengajak kami balik ke laut. Katanya, laut itu lumbung terakhir. Terumbu karang sudah tinggal 6,2 persen yang sehat. Sementara 60 persen orang kita tinggal di pesisir. Lha, itu kan rumah ikan. Kalau ikan enggak ada, lalu gimana?”
Seratus persen
Iwan sadar benar akan posisinya sebagai penyanyi, penulis lagu. Di satu sisi, ia tetap memegang idealismenya. Di sisi lain, ia paham kondisi industri musik Tanah Air. Saat berangkat masuk industri, ia bekompromi bahwa 70 persen untuk idealisme dan 30 persen untuk melayani kepentingan industri. Kini dengan Tiga Rambu, Iwan memang 100 persen idealisme itu. Kini Tiga Rambu-lah yang meladeni Iwan 100 persen.

”Album ini diurus anak dan istri. Yos sama Cikal. Yos jadi direktur. Sebenarnya aku komisaris he-he-he, tapi minta mundur. Aku konsen nyanyi sajalah. Ternyata mereka sudah dua tahun kerja. Aku kaget juga. Walau terengah-engah, dia semua yang ngurus. Aku ya cuma gini-gini saja. Konserku dalam
setahun dibuatin sama dia. Pakai tema pula. Kemarin tentang ASI, green peace, almarhum Munir, guru. Akhirnya aku jadi manja juga ha-ha-ha.... Kalau main, konser gitu-gitu saja males juga. Harus ada yang disampaikan. Dapet duitnya sih enak, tapi kalau cuma tepuk tangan untuk apa, males juga.”
”Sikap ini sebenarnya sudah sejak dari dulu ketika aku berangkat main musik. Niat aku sudah begitu. Kita bisa berbuat sesuatu kok lewat musik. Buktinya ada lagu ”Maju Tak Gentar”, jadi berdaya benar musik itu. Kita bisa omong tentang pohon, politik, Tuhan. Tempatku bukan di klangenan.”
”Cuma karena aku masuk industri, aku ikut arus dan menyanyi (yang 30 persen) itu. Tapi jalurku sebenarnya tetap di situ (berbuat sesuatu lewat musik). Apalah anak umur 19 tahun waktu itu. Tapi, aku cukup gelisah dan aku tak menyerah. Aku bilang sama perusahaan rekaman, ’Oke 30 persen aku ladeni kamu dan 70 persen buat aku.’ Apakah jadinya 50 persen atau berapa aku enggak tahu ha-ha-ha.... Tapi, dalam perjalanan akhirnya sekarang aku 100 persen. Itu setelah aku dipegang sama istriku.”
www.iwanfals.co.id
www.iwanfalsmania.blogspot.com
www.facebook.com/iwanfals
www.iwan-fals.blogspot.com

"IWAN FALS" SAKSI HIDUP SEJARAH BANGSA

Iwan Fals yang bernama asli Virgiawan Listanto adalah seorang legenda hidup Indonesia.  Lewat lagu-lagunya, ia memotret kehidupan dan sosial-budaya di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain.  Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.  Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang Oi dapat ditemui setiap penjuru Nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara.  Perjalanan Hidup Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalama paduan suara sekolah.  Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul. Tapi album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen.  Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records. Tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.  Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Waktu siaran acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.  Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya yang kritis.  Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang di dukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.  Keluarga Iwan lahir di Jakarta pada 3 September 1961 dari pasangan Haryoso (ayah)(almarhum) dan Lies (ibu). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani.  Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.  Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini , yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).  Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991.  Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktifitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung Bogor Jawa Barat sekitar satu jam perjalanan dari Jakarta. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.  Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.
wan Fals (49) tetap menyanyikan kegelisahan rakyat. Kini ia gelisah dengan masalah lingkungan hidup yang semakin parah. Dia juga berdoa dalam lagu. Itulah yang ia sodorkan pada album terbarunya ”Keseimbangan”.